Rasulullah berkata: “Sungguh, aku tinggalkan kalian di atas yang putih bersih, malamnya seperti siangnya (artinya sangat2 jelas). Tidak akan menyimpang daripadanya sepeninggalku kecuali orang yang celaka.” (HR Ibnu Majah (1/16), Ahmad (4/126), Al Hakim (1/175) )
“Barang siapa yang kalian hidup sepeninggalku, maka kalian akan menyaksikan perselisihan yang sangat banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang kepada sunnahku (ajaranku) dan sunnahnya para khulafaur rosyidin” (HR Abu Dawud 4608, Tirmidzi 2676, Ibnu Majah 44).
Umatku nanti akan terpecah menjadi 73 kelompok (HR Ahmad dan lainnya). Dalam riwayat Tirmidzi ada tambahan “semuanya masuk neraka kecuali satu, yaitu aku dan para sahabatku yang berada di atas jalan tersebut”
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (At taubah : 100)
Dari hadist2 di atas maka:
1. Sungguh islam sudah jelas dan terang, sesuatu itu menjadi tidak jelas dan membingungkan itu disebabkan karena “masih bodohnya” kita semua (sehingga janganlah malas untuk belajar dan bertanya) dan banyaknya syubhat yang bertebaran.
2. Salahkah saya apabila saya ingin selamat dari “fitnah”, saya menginginkan menjadi “golongan yang selamat” (firqoh an naajiyah) ?
3. Dari banyak nash, alqur’an maupun as sunnah (hadist), maka golongan yang selamat adalah “orang-orang yang berpegang teguh kepada alqur’an dan as sunnah sesuai dengan apa yang difahami dan di amalkan oleh oleh rosululloh dan para sahabatnya”. Sepakatkah kita dengan ini?
4. Mengapa tidak cukup bagi saya untuk mengatakan “berpegang teguh kepada alquran dan as sunnah “(titik) ?
jawabnya: karena semua orang islam atau kelompoknya pun berkata demikian. Tidak ingatkah kita dengan kelompok “khowarij” yang diperangi oleh Ali Rodhiyallohu anhu? Bukankah mereka sangat berpegang teguh kepada keduanya? bahkan “jargon” yang mereka bawa adalah “tidak ada hukum melainkan milik Allah” (al an’am : 57). Lalu dimana letak kesalahan kelompok khowarij? Salahkah Ali radhiyallohu anhu memerangi mereka? apakah kita akan katakan Ali Radhiyallohu anhu sebagai “tukang ribut”? apakah mereka (orang khowarij) tidak berpegang kepada al qur’an dan as sunnah?
Kita jawab : “mereka telah berpegang teguh..namun dengan pemahaman yang salah, bukan menurut pemahamannya nabi dan para sahabatnya.. Namun dengan pemahaman akalnya sendiri, kelompoknya sendiri atau pemimpinnya sendiri. Dan Ali ra. tidak salah, karena selain jihad terhadap orang2 kafir, kita juga diwajibkan untuk berjihad terhadap orang-orang yang memiliki pemikiran menyimpang. Dan itulah yang dilakukan olah para ulama’ dalam membantah pemikiran-pemikiran atau syubhat2 yang batil lewat tulisan2 mereka. Dan karena waktu itu ali rodhiyallohu anhu adalah amirul mu’minin, maka beliau bisa berjihad dengan tangannya (memeranginya)
Maka dengan tambahan “sesuai dengan pemahaman nabi dan para sahabatnya” itu akan dengan sendirinya memilah mana yang benar dan mana yang salah.
5. Lalu gimana saya tahu itu sesuai dengan pemahaman dan pengamalan nabi atau bukan?
Maka jawabnya: B E L A J A R
Bukalah, bacalah dan fahamilah kitab2 para ulama yang terpercaya atau mu’tabar, semisal Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Ath Thohawi, Al Qurthubi, Ibnul Jauzi, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim dll. Dan juga ulama’2 sekarang semisal Syaikh Albani, Syaikh bin Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin dll (semoga Alloh merahmati mereka semuanya). Maka akan antum temukan banyak “mutiara” yang terpendam di dalamnya dan penjelasan yang terang benderang, seterang matahari di siang bolong.
6. Tapi belajar bahasa arab kan perlu waktu lama, gimana nanti kalau saya mati sebelum bisa bahasa arab? Gmn saya bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah?
Jawabnya: Bacalah buku terjemahnya dari “penerjemah dan penerbit yang terpecaya”. Dan juga belajarlah dari guru atau ustadz yang juga “terpecaya” akan ilmu dan akhlaknya.
7. mengapa sih harus pake “terpercaya” segala?
Jawabnya:
Ingat perkataan nabi bahwasanya akan ada nanti da’i-da’i yang mereka menyeru pada neraka jahanam (kesesatan) (HR muslim 1847).
Dan juga perkataan seorang tabi’in bernama Muhammad bin Sirin mengatakan: “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.” Beliau juga berkata: “Dahulu orang-orang tidak bertanya tentang sanad (rangkaian para rawi yang meriwayatkan) hadits, maka tatkala terjadi fitnah mereka mengatakan: sebutkan kepada kami sanad kalian, sehingga mereka melihat kepada Ahlussunnah lalu mereka menerima haditsnya dan melihat kepada ahlul bid’ah lalu menolak haditsnya.” (Riwayat Muslim dalam Muqaddimah Shahih-nya)
8. Nah..kesimpulannya, "Cara Beragama" (atau yang lebih dikenal dengan istilah “MANHAJ”) yang benar dan selamat adalah cara beragama dengan berpegang teguh kepada al qur’an dan as sunnah sebagaimana yang di fahami dan diamalkan oleh nabi dan para sahabatnya”.
Nah..untuk menyingkat itu maka sebutlah dengan istilah “MANHAJ SALAF”.
Kata salaf secara bahasa bermakna orang yg telah terdahulu dalam ilmu, iman, keutamaan dan kebaikan.
Adapun secara istilah, maka dia ialah sifat pasti yg khusus untuk para sahabat ketika dimutlakkan dan yang selain mereka diikutsertakan karena mengikuti mereka.
baca salaf dan salafiyah secara bahasa di sini..!
Dan orang yang meniti manhaj salaf disebut dengan salafy (dalam bahasa arab disebut dengan nisbah pelakunya). Seperti orang yang mengikuti fahamnya asy’ariyah disebut asy’ari, orang yang mengikuti madzhabnya imam Abu Hanifah disebut Hanafi, mengikuti imam Ahmad disebut Hambali.
9. Jadi, salaf adalah penisbatan kepada nabi dan para sahabatnya (yakni dalam beragama ini, baik keyakinan ataupun amalan). Sedangkan salafy adalah orangnya, yakni orang yang menisbahkan cara beragamannya dengan “salaf” yaitu nabi dan para sahabatnya.
10. terakhir…(afw agak panjang)
Mungkin ada yang bertanya: "tapi banyak sekarang yang mengaku bermanhaj salaf tapi kenyataannya…?"
Kita jawab: manhaj ini tidak butuh pada pengakuan, namun yang diperlukan bukti. seperti syair arab: “semua orang mengaku punya hubungan dengan laila, akan tetapi laila tidak mengakuinya”.
Maka ada 2 kemungkinan kalau ada orang yang mengaku bermanhaj salaf, namun kenyataaanya ucapan dan perbuatannya jauh dari manhaj salaf. Pertama: pengakuannya dusta. Kedua: pelakunya telah khilaf (setiap bani adam pasti punya salah). Maka celalah pelakunya (personnya), jangan antum hubungkan dengan mulianya “manhaj” ini.
Terakhir…..TERUSLAH BELAJAR…karena nabi bersabda: “barang siapa yang Allah ingin kehendaki baginya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia tentang masalah (ilmu) agama" (HR Bukhori dan Muslim).
Paling terakhir..bagi yang masih bingung antara “salaf” dengan “salafi” adalah seperti orang non muslim yang masih bingung antara “islam” dengan “muslim”. (awas..! jangan salah faham, nanti saya dikira takfir/ mengkafirkan, yaitu menyatakan orang yang masih bingung sama dengan non muslim. Tapi yang saya samakan adalah dari sisi “bingungnya”.
Maka janganlah islam ini dirusak dengan istilah “islam garis keras”, “islam moderat”, “islam militan” “islam nasionalis” dsb. ISLAM ya islam… dengan segala keagungan syariatnya. Maka kalau ada orang islam (muslim) yang suka NGEBOM (baca “teror"), suka nyuri, kolot, jorok, pemalas….maka CELALAH PELAKUNYA. Dan jangan kau hubungkan sedikitpun dengan mulianya syari’at ini.
Dan ketika semua orang mengaku dirinya adalah beragama islam, namun kenyataannya mereka memahaminya hanya dengan akal mereka sendiri, kelompoknya, pemimpinnya dan hawa nafsunya sendiri, maka salahkah bila kita mengatakan bahwa islam yang benar adalah islam yang sesuai dengan apa yang pernah difahami dan diamalkan oleh rosululloh dan para sahabatnya?
Saya tidak sedang menyatakan pembenaran atas diri saya sendiri, karena meskipun saya mengaku bermanhaj salaf (salafy), namun sebagaimana manusia biasa, saya juga tak luput dari khilaf. Namun saya sedang menyatakan pembenaran atas cara beragama atau manhaj yang benar.
Mudah2an komentar ini bermanfaat untuk kita semuanya… dan afwan apabila ada kata2 yang mungkin kasar atau kurang pas, sekali lagi itu karena kekhilafan dan kebodohan saya, bukan karena jeleknya atau kurang sempurnanya "manhaj salaf" ini dalam metode menasehati atau amar ma’ruf nahi munkar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar